Home Ragam Opini

China Yang Diisolasi, Amerika Yang Rontok

Lihat Foto
×
China Yang Diisolasi, Amerika Yang Rontok

Oleh: Sarah Boseley

DIPLOMASI Organisasi Kesehatan Dunia harus seimbangan dalami penanganan wabah Corona, antara China,-- yang secara tegas menahan penularan penyakit ini ke seluruh dunia,-- dengan para pengamat anti China, yang mengkritik kebijakan pemerintah China yang kerap menyoroti persoalan hak asasi manusia pada negara tersebut.

Pada setiap jumpa pers, direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah secara tepat membela penanganan epidemi di China yang kerap disoroti wartawan AS. Pada akhir Januari, ketika Tedros menyatakan darurat kesehatan publik (Glonal Health.Emergency) yang menjadi perhatian internasional,-- setelah menunda seminggu sebelumnya,-- yang dicurigai dibawah tekanan China. Tedros malah memuji China karena mengambil langkah-lamgkah yang justru melindungi seluruh dunia.

"Dalam beberapa minggu terakhir kami telah menyaksikan munculnya patogen yang sebelumnya tidak diketahui, yang telah meningkat menjadi wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Tedros.

"China harus diberi selamat atas tindakan luar biasa yang telah diambilnya untuk menanggulangi wabah ini meskipun ada dampak sosial dan ekonomi yang parah terhadap China."

Pujian yang serupa dari WHO terhadap Kamboja, sekutu China, yang memungkinkan kapal pesiar MS Westerdam untuk berlabuh setelah kapal itu ditolak sandar pelabuhan negara-negara lain.

"Ini adalah contoh solidaritas internasional yang telah kami serukan secara konsisten," kata Tedros. "Wabah dapat membawa yang terbaik dan yang terburuk pada kemanusiaan."

Taiwan, sementara itu, telah memprotes peringkat risiko "sangat tinggi", yang sama dengan China dan telah menyebabkan negara-negara lain memberlakukan larangan perjalanan pada warganya. Taiwan melaporkan hanya 22 kasus, dibandingkan dengan angka China lebih dari 72.400.

Joanne Ou, seorang juru bicara kementerian luar negeri, mengatakan pada konferensi pers, "Kami mendesak WHO untuk bersikap profesional dan netral: melepaskan diri dari klaim China yang tidak masuk akal. WHO Jangan diculik oleh China."

China memang telah lama menutup keanggotaan Taiwan di WHO, Karena lembaga dibawah PBB ini memegang One China Policy.

Ketegangan antara China dan AS memainkan peran penting dalam penanganan wabah, yang menyebabkan kesulitan bagi WHO karena harus terus memantau situasi. Sementara itu kedua negara telah menggunakan situasi untuk mengejar prestasi.

Ketika Tedros mengunjungi Cina pada 29 Januari dan bertemu Presiden Xi Jinping, kementerian luar negeri China mengatakan bahwa Xi sangat mementingkan kerja sama dengan WHO.

"Langkah-langkah China tidak hanya melindungi rakyatnya, tetapi juga melindungi rakyat di seluruh dunia," katanya. Xi dalam.kesempatan itu juga meminta agar WHO mendukung upaya China dalam menghadapi wabah tersebut.

"Menyambut gerakan China yang bekecepatan tinggi dan dalam skala besar ... Tedros mengatakan itu menunjukkan efisiensi China dan keuntungan dari sistem China," katanya.

Sementara itu, di AS, Menteri Perdagangan Wilbur Ross mengatakan keadaan darurat kesehatan global itu akan membantu ekonomi AS. Ketika dia menyebutkan di Fox Business News bahwa ini adalah penyakit yang tidak menguntungkan, dia berkata, "Faktanya, keadaan ini akan memberikan keuntungan bisnis yang perlu dipertimbangkan ketika mereka meninjau ulang rantai pasokan mereka ... Jadi saya pikir ini akan membantu mempercepat kembalinya pekerjaan ke Amerika Utara."

Saat Inggris dan negara-negara Eropa telah mengambil langkah-langkah untuk memantau orang-orang yang datang dari China, Donald Trump mengumumkan larangan terhadap warga negara asing memasuki negara itu jika mereka telah berada di China selama 14 hari sebelumnya.

Yang menyebabkan ketidaknyaman adalah tarik menarik kekuatan-kekuatan dunia, yang lama dan yang baru, untuk mempengaruhi badan-badan PBB. WHO lebih demokratis daripada yang lain, karena setiap negara memiliki suara yang sama di majelis tahunannya. Sebaliknya, tradisi berpendapat kepala Bank Dunia selalu orang Amerika dan kepala Dana Moneter Internasional (IMF) selalu orang Eropa.

WHO adalah satu badan PBB yang sebelumnya dipimpin China. Pendahulu Tedros adalah Margaret Chan, adalah orang China, dan sebelumnya menjadi direktur kesehatan di Hong Kong. Tapi China tidak puas dengan itu. Tahun lalu, ia memenangkan perlombaan untuk memimpin Organisasi Pangan dan Pertanian, dan menghadapi oposisi keras dari Amerika Serikat.

Jika ada tekanan pada WHO, "Maka Itu adalah tekanan yang selalu dilakukan negara-negara maju pada PBB," kata Osman Dar, Direktur One Health Project di Chatham House Center on Global Health Security.

Sekarang, cara penanganan China yang keras terhadap wabah Covid-19 telah menempatkan dilema antara WHO dan pakar-pakar kesehatan masyarakat di seluruh dunia karena,-- sampai batas tertentu, tampaknya berhasil.

"Kesulitan lain bagi WHO adalah tindakan karantina terjadap China itu sendiri adalah sesuatu dari masa lalu," kata Dar. "Yang tidak lagi dianggap layak karena banyak dari kita hidup dalam masyarakat demokratis dengan banyak otonomi pribadi dan jaringan transportasi yang sangat besar."

Tetapi China bertindak dengan kecepatan dan kelengkapan yang mengejutkan semua orang karena telah berhasil mengisolasi sebagian besar epidemi hanya di satu provinsi.

Sementara Dar masih berkata, "WHO harus segera mengevaluasi opsi 'nuklir',--- karantina massal pada masyarakat atau kota dengan cara manusiawi, bertanggung jawab secara sosial yang menyeimbangkan hak-hak orang. Banyak pembelajaran akan keluar dari pengalaman ini." (Bergelora)


Komentar Via Facebook :